Rabu, 12 Mei 2010

standar pelayanan kebidanan standar 23, 24, 25

STANDAR 22 : PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER

Tujuan
Mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.

Persyaratan standard
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, dan/atau merujuknya.

Hasil
 kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum sekunder menurun.
 Ibu yang mempunyai risilp mengalami perdarahan postpartum sekunder ditemukan dini dan segera ditangani secara memadai.
Prasyarat
1. system yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi mendapatkan pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah persalinan, baik di rumah, di puskesmas ataupun di rumah sakit.
2. bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan nifas, termasuk penganalan dan penanganan bila terjadi perdarahan postpartum sekunder.
3. tersedia alat/perlengkapan penting yang diperlukan seperti sabun bersih, air bersih yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik uyang steril sekali pakai, set infuse steril dengan jarum berukuran 16 dan 18 G, beberapa pasang sarung tangan DTT/Steril.
4. obat-obatan penting tersedia ; oksitosika (oksitosin, metergine), cairan intravena (Ringer laktat) dan antibiotika. Tammpat penyimpanan yang memadai untuk obat-obatan tersedia.
5. adanya pencatatan pelayanan nifas/ kartu ibu.
6. system rujukan efektif, termasuk bank darah berfungsi dengan baik untuk ibu dengan perdarahan postpartum sekunder.

Proses
Bidan harus :
1. periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum drkunder. Perdarahan dari vagina atau lokhia berlebihan pada 24 jam – 42 hari sesufah persalinan dianggap sebagai perdarahan postpartum sekunder, dan memerlukan pemeriksaan dan pengobatan segera.
2. pantau dengan hati-hati ibu yang berisiko mengalami perdarahan postpartum paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya. Ibu yang berisiko adalah ibu yang mengalami:
 kelahiran plasenta dan selaput ketuban tidak lengkap
 persalinan lama
infeksi uterus
 persalinan dengan komplikasiatau dengan menggunakan alat
 terbukanya luka setelah bedah sesar
 terbukanya luka setelah episiotomi
3. jika mungkin, mulai berikan Ringer Laktat IV menggunakan jarum berlubangbesar (16 atau 18 G).
4. berikan obat-obatan oksitosika : oksitosin 10 IU dalam 500 cc Ringer Laktat, berikan oksitosin 10 IU IM atau Metergin 0,2 mg IM ( jangan berikan Metergin jika ibu memiliki tekanan darah yang tinggi).
5. berikan antibiotika Ampisilin 1 gr IV, rujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas yang memadai.
6. bila kondisi ibu memburuk, atau ibu mengalami tanda atau syok, pasang IV untuk menggantikan cairan yang hilang dan segera rujuk. (cairan IV dengan tetesan cepat supaya nadi bertambah kuat, lalu tetesan dipelankan dan dipertahankan terus sampai ibu tiba di rumah sakit).

Gejala dan tanda syok
 nadi lemah dan cepat (110/menit atau lebih)
 TD sangat rendah, tekanan sistolik <20 mmHg.
 Nafas cepat (frekuaensi pernafasan 30 kali/menit atau lebih)
 Bingung, gelisah atau pingsan.
 Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah
 pucat

7. jelaskan dengan hati-hati kepada ibu, suami dan keluarganya tentang apa yang terjadi.
8. rujuk ibu bersama bayinya (jika mungkin) dan anggota keluarganya yang dapat menjadi donor darah, jika diperlukan, ke rumah sakit.
9. observasi dan catat tanda-tanda vital secara teratur, catat dengan teliti riwayat perdarahan: kapan mulainya dan berpa banyak darah yang sudah keluar. (hal ini akan menolonh dalam mendiagnosis secara tepat dan memutuskan tindakan yang tepat).
10. berikan suplemen zat besi dan asam folat selama 90 hari kepada ibu yang mengalami perdarahan postpartum sekunder ini.
11. buat catatan yang akurat.

INGAT
∙ lakukan test sensitivitas sebelum memberikan suntikan antibiotika.
∙ bila terjadi syok, gantikan semua cairan yang hilang.
∙ pertolongan persalinan yang berkualitas dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum sekunder
∙ kelahiran plasenta dan selaputnya yang tidak lengkap merupakan penyebab utamaperdarahan postpartum sekunder.
∙ ibu yang mengalami perdarahan postpartum sekunder memerlukan bantuan untuk dapat melanjutkan pemberian ASI, ibu harus cukup sering menyusui bayinya dan untuk periode yang cukup lama untuk menjaga persediaan ASI yang cukup.
∙ Ibu dengan perdarahan postpartum sekunder perlu tambahan zat besi.

STANDAR 23 : PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS

Tujuan

Menegnali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat.

Pernyataan standard
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejalasepsis puerperalis, dan melakukan perawatan dengan segera dan merujuknya.

Hasil
 ibu dengan sepsis puerperalis mendapat penanganan yang memadai dan tepat waktu
 penurunan kematian dan kesakitan akibat sepsis puerperalis.
 Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayangn nifas.

Prasyarat
1. system yang berjalan dengan baik agar ibu mendapatkan pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai 6 minggu setelah persalinan, baik di rumah di puskesmas ataupun dirumah sakit.
2. bidan terlatih dan terampil dalam memberikan pelayanan nifas, termasuk penyebab, pencegahan pengenalan dan penanganan dengan tepat sepsis puerperalis.
3. tersedia peralatan/perlengkapan penting; sabun, air bersih yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringakan tangan, alat suntik sekali pakai, set infuse steril denganjarum berukuran 16 dan 18 G sarung tangan bersih DTT?steril.
4. tersedia obat-obatan penting : cairan infuse (Ringer Laktat), dan antibiotika. Juga tersedia tempat penyimpanan untuk obat-obatan yang memadai.
5. adanya sarana pencatatan pelayanan nifas/Kartu Ibu.
6. system rujukan yang efektif, termasuk bank darah, berjalan dengan baik untuk ibu dengan komplikasi pasca persalinan.

Proses
Bidan harus:
1. amati tanda dan gejala infeksi puerperal yang didiagnosis bila 2 atau lebih gejala di bawah ini terjadi sejak selaput ketuban mulai hari ke 2 (2 kali 24 jam) hingga 42 hari pasca persalinan.
∙ suhu tubuh > 38º C
∙ nyeri perut atau pelvis.
∙ pengeluaran cairan vagina yang abnormal.
∙ cairan vagina yang berbau busuk.
∙ terhambatnya pengecilan ukuran uterus
2. saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal/gejala infeksi
3. beri penyuluhan kepada ibu, suami/keluarga agar waspada terhadap tanda/gejala infeksi dan agar segera mencari pertolongan jika menemukannya.
4. jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari sumber infeksi. (mungkin lebih dari satu sumber infeksi termasuk infeksi khronis).
5. jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat atau terdapat perdarahan pervaginam, mulai berikan infuse Ringer Laktat dengan jarum berlubang besar (16 dan 18 G), rujuk ibu segera ke RS. ( ibu perlu diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya jaringan plasenta).
6. jika kondisinya gawat dan terdapat tanda/gejala septic syok (suhu 38º C atau lebih, bau busuk dan nyeri perut), dan terjadi dehidrasi, beri cairan IV dan antibiotika sesuai dengan ketentuan. Rujuk ibu ke RS.
• ampisilin 2 gt IV setiap 6 jam.
• gentamicin 5 mg/kg BB IV setiap 24 jam
• metronidazole 500mg IV setiap 8 jam
7. jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah dan sulit merujuk, berikan antibiotika (misalnya Ampisilin 1 gr PE, diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam, ditambah Metronidazola 500 mg setiap 8 jam selama 5 hari).
8. pastikan bahwa ibu /bayi dirawat terpisah dari anggota keluarga lainnya, sampai infeksi teratasi.
9. cuci tangan dengan saksama sebelum dan sesudah pemeriksaan ibu/bayi.
10. alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain, terutama untuk ibu nifas/bayi lain.
11. beri nasihat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri, penggunaan pembalut steril dan membuangnya dengan hati-hati (sebaiknya dibakar). Jika tidak ada pembalut steril, maka dapat digunakan kain yang telah dijemur sampai kering.
12. tekankan pada anggota keluarga tentenag pentingnya istirahat, gizi baik dan banyak minum bagi ibu.
13. memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI (namun demikian, bayi memerlukan pemberian ASI lebih sering agar kebutuhan gizinya terpenuhi).
14. lakukan semua pencatatan dengan seksama
15. jika syok terjadi, ikuti langkah-langkah penatalaksanaan syok yang didiskusikan di standard 21.

INGAT
• lakukan test sensitivitas sebelum memberikan suntikan antibiotika.
• semua ibu nifas berisiko terkena infeks, dan ibu yang telah melahirkan bayi dalam keadaan mati, persalinan yang memanjang, pecahnya selaput ketuban yang lama mempunyai risiko yang lebih tinggi.
• kebersihan dan cuci tangan sangatlah penting, baik untuk pencegahan maupun penanganan sepsis.
• infeksi bias menyebabkan perdarahan postpartum sekunder.
• keadaan ibu akan memburuk jika terkena antibiotika tidak diberikan secara dini dan memadai
• ibu dengan sepsis puerperalis perlu dukungan moril, karena keadaan umumnya dapat menyebabkan menjadi sangat letih.

STANDAR 24 : PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM

Tujuan
Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum.

Pernyataan standard
Bidan mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi bayi baru lahir, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan, merujuk bayi baru lahir dengan tepat, dan memberikan perawatan lanjutan yang tepat.
Hasil
 penurunan kematian bayi akibat asfiksia neonatorum.
 Penurunan kesakitan akibat asfiksia neonatorum.
 Meningkatnya pemanfaatan bidan.

Prasyarat
1. bidan sudah dilatih dengan tepat untuk mendampingi persalinan dan memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera.
2. ibu, suami dan keluarganya mencari pelayanan kebidanan untuk kelahiran bayi mereka
3. bidan terlatih dan terampil untuk:
• memulai pernafasan pada bayi baru lahir
• menilai pernafasan yang cukup pada bayi baru lahir dan mengidentifikasi bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi.
• menggunakan skor APGAR
Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir•
4. tersedia ruang hangat, bersih, dan bebas asap untuk persalinan
5. adanyaperlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih dan aman bagi bayi baru lahir, seperti air bersih, sabun dan handuk bersih, dua handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk menyelimuti bayi), sarung tangan bersih dan DTT, thermometer bersih/DTT, dan jam.
6. tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik termasuk ambu bag bersih dalam keadaan berfungsi baik \, masker DTT (ukuran 0 dan1), bola karet penghisap atau penghisap delee steril/DTT
7. kartu ibu, kartu bayi dan patograf.
8. system rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang efektif.

Proses
Bidan harus :
1. selalu mencuci tangan dan menggunakan sarung tangn bersih/DTT sebelum menangani bayi baru lahir. Ikuti praktik pencegahan infeksi yang baik pada saat merawat dan melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.
2. ikuti langkah pada standard 13 untuk perawatan segera bayi baru lahir.
3. selalu waspada untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi, siapkan semua peralatan yang diperlukan dalam keadaan bersih, tersedia dan berfungsi dengan baik.
4. segera setelah bayi lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu dan segera keringkan dengan handuk bersih dan hangat.
5. nilai bayi dengan cepat untuk memastikan bahwa bayi bernafas/menangis sebelum menit pertama nilai APGAR, jika bayi tidak menagis dengan keras, bernafas dengan lemah atau bernafas dengan cepat dan dangkal, pucat atau biru dan/ lemas.
o Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala sedikit ditengadahkan agar jalan nafas terbuka. Bayi harus tetap diselimuti hal ini penting sekali untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir.
o Hisap mulut dan kemudian hidung bayi dengan lembut dengan ola karet penghisap DTT atau penghisap Delee DTT/steril (jangan masukkan alat penghisap terlalu dalam pada kerongkongan bayi. Penghisapan terlalu dalam akan menyebabkan bradikardi, denyut jantung yang tidak teratur atau spasme pada laring/tenggorokan bayi.
o Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi (gosok punggung bayi, atau menepuk dengan lembut atau menyentil kaki bayi, keduanya aman dan efektif untuk menstimulasi bayi.).
o Nilai ulang keadaan bayi. Jika bayi mulai menangis atau bernafas dengan normal, tidak diperlukan tindakan lanjutan, lanjutkan dengan perawatan bagi bayi baru lahir yang normal.
o Jika bayi tetapa tidak bernafas dengan normal (40-60 kai permenit) atau menangis, teruskan dengan ventilasi.
6. melakukan ventilasi pada bayi baru lahir:
o latakkan bayi di permukaan yang datar, diselimuti dengan baik.
o Periksa kembali posisi bayi baru lahir. Kepala harus sedikit ditengadahkan.
o Pilih masker yang ukurannya sesuai (no 0 untuk bayi kecil/ no 1 untuk bayi yang lahir cukup bulan). Gunakan ambu bag dan masker atau sungkup.
o Pasang masker dan periksa pelengkatannya. Pada saat dipasang di muka bayi, masker harus menutupi dagu, mulut dan hidung.
o Lekatkan wajah bayi dan masker
o Remaskan kantung ambu / bernafaslah ke dalam sungkup
o Periksa pelengketannya dengan cara ventilasi dua kali amati apakah dadanya mengembang. Jika dada bayi mengembang, mulai ventilasi dengan kecepatan 40-60 kali/menit
o Jika dada bayi tidak mengembang:
- perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih jauh.
- Periksa hidung dan mulut apakah ada darah, mucus atau cairan ketuban, lakukan penghisapan jika perlu.
- Remas kantung ambu lebih keras untuk meningkatkan tekanan ventilasi.
o Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai dengan cepat apakaah bayi bernafas spontan (30 – 60 kali permenit) dan tidak ada pelekukan dada atau dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut. Teruskan dengan langkah awal perawatan bayi baru lahir.
o Jika bayi belum bernafas, atau pernafasannya lemah, teruskanventilasi. Bawa bayi ke rumah sakit atau puskesmas- teruskan ventilas bayi selama perjalanan.
o Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi, amati bayi selama 5 menit. Jikapernafasan sesuai batas normal (30-60 kali permenit) teruskan dengan langkah awal perawatan bayi baru lahir.
o Jika pernafasan bayi kurang dari 30 kali permenit teruskan ventilasi dan bawa ke tempat rujukan.
o Jika terjadi pelekukan dada yang sangat dalam, ventilasi dengan oksigen jika mungkin. Segera bawa bayi ke tempat rujukan, teruskan ventilasi.
7. lanjutkan ventilasi sampai tiba di tempat rujukan, atau sampai keadaan bayi membaik atau selama 30 menit. (membaiknya bayi ditandai dengan warna kulit merah muda, menangis atau bernafas spontan).
8. kompresi dada:
o jika memungkinkan, dua tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan ventilasi dan kompresi dada.
o Kebanyakan bayi akan membaik hanya dengan ventilasi.
o Jika ada dua tenaga kesehatan terampil dan pernafasan bayi lemah atau kurang dari 30 kali permenit dan detak jantung kurang dari 60 kali permenit setelah ventilasi selama 1 menit, tenaga kesehatan yang kedua dapat mulai melakukan kompresi dada dengan kecepatan 3 kompresi dada berbanding 1 ventilasi.
o Harus hati-hati pada saat melakukan kompresi dada, tulang rusuk bayi masih peka dan mudah patah, jantung dan paru-parunya mudah terluka.
o Lakukan tekanan pada jantung, dengan cara meletakkan kedua jari tepat di bawah garis putting bayi, di tengah dada). Dengan jari lurus tekan dada sedala 1-15 cm
9. setelah bayi bernafas normal, periksa suhu. Jika di bawah 36,5ºC atau punggung sangat dingin, lakukan penghangatan yang memadai ikuti standard 13 (penelitian menunjukkan, bahwa jika tidakterdapat alat-alat, kontak kulit ibu-bayi akan sangat membantu menghangatkan bayi. Hal ini dilakukan dengan mendekapkan bayi kepada ibunya rapat ke dada, agar kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi, lalu selimuti ibu yang sedang mendekapkan bayinya).
10. perhatikan warna kulit bayi, pernafasan, dan nadi bayi selama 2 jam. Ukur suhu tubuh bayi setiap jam hingga normal (36,5ºC – 37,5ºC).
11. jika kondisinya memburuk, rujuk ke fasilitas rujukan terdekat dengan tetap melakukan penghangatan.
12. pastikan pemantauan yang sering pada bayi selama 24 jam selanjutnya. Jika tanda-tanda kesulitan bernafas kembali terjadi, persiapkan untuk membawa bayi segera ke rumah sakit yang paling tepat.
13. ajarkan ibu, suami/keluarganya tentang bahaya dan tanda-tandanya pada bayi baru lahir. Anjurkan ibu, suami/keluarganya agar memperhatikan bayinya denyan baik-baik. Jika ada tanda-tanda sakit atau kejang, bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit atau menghubungi badan secepatnya.
14. catat dengan seksama semua perawatan yang diberikan.


Riset membuktikan
o hipotermi dapat memperburuk asfiksia
o bayi jangan dijungkir, karena dapat mengakibatkan perdarahan otak hebat
o bayi tidak perlu diperlakukan secara kasar atau ditepuk telapak kakinya untuk merangsang pernafasan bayi

tindakan yang tidk dianjurkan dan akibat yang ditimbulkannya

tindakan Akibat
Menepk bokong Trauma dan melukai
Menepuk rongga dada Fraktur, pneumotoraks, gawat nafas, kematian
Menekankan paha ke perut bayi Rupture hati/limpa, peerdarahan
Mendilatasi sfingter ani Robek/luka pada sfingter ani
Kompres panas/dingin Hipotermi, luka baker
Meniupkan oksigen atau udara dingin ke muka atau tubuh bayi hipotermi

Prinsip – prinsip resusitasi
o Airway/saluran nafas : bersihkan jalan nafas dahulu
o Breath/nafas : lakukan bantuan pernafasan Sederhana. Kebanyakan bayi akan membaik hanya dengan ventilasi.
o Circulation/sirkulasi : jika tidak ada/nadi di bawah 60, lakukan pijatan jantung. Dua tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan kompresi dada dan ventilasi

Ingat
o Jangan lupakan keadaan ibu
o Selali siap untuk melakkan resusitasi, tidak mungkin memperkirakan kapan tindakan tersebut diperlukan.
o Nilai pernafasan setiap bayi baru lahir segera setelah pengeringan dan sebelum menit pertama nilai APGAR
o Klem dan potong tali pusat dengan cepat.
o Jaga bayi tetap hangat selama dan sesudah resusitasi.
o Buka jalan nafas, batulkan letak kepala bayi bayi dan lakukan penghisapan pada mulut, baru kemudian hidung.
o Ventilasi dengan kantung yang bias mengembang sendiri dan masker yang lembut atau sungkup, gunakan ukuran masker yang sesuai.


KONTRASEPSI PIL PROGESTIN (MINIPIL)

KONTRASEPSI PIL PROGESTIN (MINIPIL)

Profil

· Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB

· Sangat efektif pada masa laktasi

· Dosi rendah

· Tidak menurunkan produksi ASI

· Tidak memberikan efek samping etrogen

· Efek samping utama adalah gangguan perdarahan : perdarahan bercak atau erdarahan tidak teratur.

· Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

Jenis Minipil

· kemasan dengan isi 35 pil ; 300 mikrogram levonorgestrel atau 350 mikrogram noretindrol.

· Kemasan dengan isi 8 pil ; 75 mikrogram norgestrel

Cara Kerja Minipil

· Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak begitu kuat).

· Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit.mengentalkan lndir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.

· Mengubah motilitas tuba sehingga transformasi sperma terganggu

Efektivitas

Sangat efektif (98,5%) pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa satu-dua tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah,diare), karena akibatnya terjai kehamilan sangat besar. Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil erlu dihindari karena mukolitik jenis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan kontraseptif dari minipil dapat terganggu.

Agar di dapat kehandalan yang tinggi maka:

· Jangan sampai ada tablet yang lupa

· Tablet digunakan pada jam yang sama

· Senggama sebaiknya dilakukan 3-0 jam setelah penggunaan minipil

Keuntungan kontrasepsi

· Sangat efektif bila digunakan secara benar

· Tidak mengganggu hubungan seksual

· Tida mempengaruhi ASI

· Kesuburan cepat kembali

· Nyaman dan mudah digunakan

· Sedikit efek samping

· Dapat dihentikan setiap saat

· Tidak mengandung estrogen

Keuntungan nonkontrasepsi

· Mengurangi nyeri haid

· Mengurangi jumlah darah haid

· Menurunkan tingkat anemia

· Mencegah kanker endometrium

· Melindungi dari penyakit adang panggul

· Tidak meningkatkan pembekuan darah

· Dapat diberikan pada penderita endometriosis

· Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi

· Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom (sakit kepala, perut kembung, nyeri payudara, nyeri pada betis, lekas marah)

· Sedikit sekali menganggu metabolisme karbohidrat sehinggarelatif aman diberikan pada perempuan pengidap kncing manis yang belum mengalami komplikasi

Ketrbatasan

· Hampir 30-60 % mengalami gangguan hai ( perdarahan sela, spotting, amenorhoe)

· Peningkatan/penurunan berat badan

· Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama

· Bila lupa satu pil saja kegagalan menjadi lebih besar

· Payudara menjadi tegang, mual,pusing, ermatitis, dan jerawat

· Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan) tetapi risiko ini lebh rendah jika dibandingkan denganperempuan yang tidak menggunakan minipil.

· Efektivitasnya lebih rendah jika digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi

· Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS

· Hirsutism (tumbuh rambu berlebihan di daerah muka) tetapi sangat jarang terjadi.

Yang boleh menggunakan minipil

· Usia reproduksi

· Telah memilki anak atau yang belum memiliki anak

· Menginginkan suatu metoda kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui

· Pasca-persalinan dan tidak menyusui

· Perokok segala usia

· Mempunyai tekanan darah tinggi (selama <>

· Lebih baik tidak menggunakan estrogen

Yang tidak boleh menggunakan minipil

· Hamil/diduga hamil

· Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

· Idak dapat menerima terjadinya gagguan haid

· Menggunakan obat tuberkulosisi (rifampisisn) atau obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat).

· Kanker payudara atau riayat kanker payudara

· Sering lupa menggunakan pil

· Miom uterus. Progestin memacu pertumbuhan miom uterus.

· Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah

Waktu mulai menggunakan minipil

· Mulai hari petama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak dierlukan pencegahan dengan kontrasepsi lain

· Dapat diunakan setiap saat asal saja tidak terjai kehamilan. Bila menggunakannya hari ke-5 siklus haid jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan kontrasepsi lain selama 2 hari saja

· Bila klien amenorhoe, minipil dapat digunakan setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil. jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan kontrasepsi lain selama 2 hari saja

· Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan.

· Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan klien telah mendapat haid minipil dapat dimulai pada hari ke1-5 siklus haid.

· Minipil dapat diberikan segera pasca keguguran.

· Bila sebelumnya klien menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi sebelumnya digunaan dengan benar atau ibu sedang tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.

· Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, minipil diberikan pada jadwal suntkan yang berikutnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.

· Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan minipil, minipil diberikan pada hari ke1-5 siklus haid dan tidak memerlukan metode kontrasepsi lain.

· Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR (termasuk yang menggunakan hormon), minipil dapat diberikan pada heri ke 1-5 sikus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR.

Keadaan yang memerlukan perhatian khusus

keadaan

Anjuran

· Stroke

· Penyakit jantung koroner/infark

· Kanker payudara

· Sebaiknya jangan menggunakan minipil

· Jangan diberikan minipil

· Tidak boleh diberi minipil

Instruksi kepada klien

· Minum minipil setiap hari paa saat yang sama

· Minum pil pertama pada hari perama haid

· Bila klien muntah pada waktu 2 jam setelah mengunakan pil, minumlah pil yang lain. Atau gunakan metoda kontrasepsi yang lain bila klien berniat melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.

· Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut beitu klien ingat.gunaan metode oelindung selama 48 jam.

· Bila klien lupa 1 aau 2 pil minumlah segera pil yang terlupa tersebutsesegera klien ingat dan gunaan metoda pelindung sampai akhir bulan.

· Walaupun klien belum haid, mulailah paket baru setelah paketterakhir habis.

· Bila haid klien teratur setiap bulan dan kemudian kehilangan satu siklus atau bila mersa hamil temui petugas klinik klien untuk memeriksa uji kehamilan

Informasi yang perlu disampaikan

· Terjadinya perubahan pola haid. Hal ini sering ditemui, biasanya pada atau 3 bulan pertama. Perubahan tersebut biasanya sementara dan tidak sampai mengganggu kesehatan

· Kadang-kadang dapat timbul efek samping berupa peningkatan BB, sakit kepala ringan, dan nyeri payudara. Semua efek samping ini tidak berbahaya dan biasanya hilang dengan sendirinya.

· Obat-obatan tertentu seperti obat tuberkulosis dan beberapa obat epilepsi dapat mengurangi efektifitas minipil. Dan minipil tidak mencagah IMS maupun HIV/AIDS. Bila pasangan memiliki risiko perlu menggunakan kondom.