Minggu, 28 Maret 2010

Varicella (cacar Air)

A. Definisi

Varicella disebut juga chiken pox infection, water pox infection, tear drop infection, cacar air, adalah penyakit infeksi akut primer oleh virus Varicela zoster yang dapat ditularkan via aerosol dari system pernafasan yang terinfeksi atau kontak langsung dengan cairan vesicle dari lesi pada kulit.




B. Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah oleh infeksi dari virus Varicella-Zoster (VZV) dengan nama lain Human (alpha) herpes virus 3 sub famili alpha herpes viridae. Merupakan DNA double helix , genom virus mengkode lebih dari 70 protein, termasuk protein yang berhubungan dengan antigen virus.

C. Faktor predisposisi

Penyakit ini bersifat kosmopolitan. Saat ini sekitar 60 –90 x juta kasus varicela ditemukan di dunia tiap tahunnya. Insidennya lebih banyak terjadi pada wilayah tropis dan semi tropis . Secara universal insiden terbanyak terjadi pada usia 3-6 tahun. Hanya 5% kasus yang terjadi pada usia kurang dari 15 tahun, dan hanya 10 % kasus terjadi pada usia di atas 14 tahun. Tetapi di wilayah AS Varisela banyak ditemukan pada usia kurang dari 10 tahun. Sejak pelaksanaan program vaksinasi intensif di dunia (1995 - sekarang ) insiden dan morbiditas varisela menurun secara signifikan

.

D. Pathogenesis

Virus varisela zoster memasuki tubuh manusia melalui inhalasi (aerogen ) yaitu udara yang berhubungan dengan pernapasan seperti batuk, bersin atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi. Saat virus varisela-zoster masuk ke dalam mukosa dan pindah ke sekresi saluran pernapasan , ia akan berkolonisasi di traktus respiratorius bagian atas. Virus awalnya bermultiplikasi awal setempat. Kemudian virus menyebar kekelenjar limfe regional di sekitar traktus respiratorius, pada 2-4 hari setelah terpapar awal., lalu menyebar melalui aliran darah dan limfe seluruh tubuh pada 4-6 hari sesudah paparanawal. (inilah yang disebut viremia primer )

Lalu Virus ini mencapai sel retikuloendotelial hepar, limpa, dan organ lainnya. Seminggu kemudian (14 –16 hari sesudah paparan awal ), terjadilah viremia sekunder : Virus ini sudah bereplikasi cukup banyak di sel retikulo-endotelial organ dalam dan pada kulit; akan menimbulkan lesi. Sebenarnya pada saat virus bereplikasi, sudah dihambat oleh imunitas non spesifik. Tetapi pada kebanyakan individu replikasi virus ini lebih dominan dibandingkan imunitas tubuhnya, sehingga dalam waktu 2 minggu sesudah paparan awal sudah terjadi viremia yang lebih hebat (viremia sekunder), seperti yang telah dijelaskan di atas.

Masuknya virus dan disertai masa inkubasi adalah selama 17-21 hari, lalu pada saat tersebut akan terjadi penyebaran secara subklinis. Lesi pada kulit akan timbul dan menyebar bila infeksi masuk pada viremia sekunder .

Viremia sekunder ini juga dapat mencapai sistem respirasi kembali, sebelum menimbulkan lesi khas pada kulit. Hal inilah yang menyebabkan varisela sangat menular sebelum lesi khas muncul. Kerusakan pada SSP dan hepar juga mungkin terjadi pada stadium ini. (encephalitis dan hepatitis )


E. Tanda dan Gejala

Gejala awal pada penderita infeksi varicella zoster yaitu:

· Demam, malaise, myalgia, arthralgia.

· Discrete pruritic nrash

· Batuk kering, dispnea, fever, hemoptysi/ nyeri dada pleuritic bisa sekitar 1-6 hari setelah bintik-bintik pecah. (gejala pneumonia)

· Sakit kepala, drowsiness, konvulsi/kejang, ataksia, altered sensorium (gejala encephalitis).

· Perdarahan pada membrane mukosa, (gejala sekunder pada penderita trombositopenia ) ( Hashmey & shandra, 1996; Russel, 1992; Shannon, 1995).

Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.

Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.

Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.


Varicella pada Kehamilan

Varicella selama kehamilan diperkirakan terjadi 1/2000 kehamilan (American Obstetricians and Gynechologist, ACOG, 1993; Ghidini & Lynch, 1993).

Infeksi varicella akut terjadi pada 1:7500 kehamilan (www.koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/03).

Aborsi spontan, persalinan premature, kematian janin adalah sebagai konsekuensi infeksi varicella maternal. Beberapa infeksi maternal khususnya jika diiringi dengan pneumonia bisa menyebabkan persalinan premature. Infeksi pada fetus diiringi infeksi pada maternal bisa menyebabkan satu dari tiga hal di bawah ini.

1) Syndrome congenital varicella (kelainan congenital pada janin ). Biasanya terjadi pada awal kehamilan bisa menyebabkan kelainan perkembangan pada tungkai, mata bahkan otak,

2) Varicella pada perinatal biasanya terjadi akibat terinfeksi pada trimester akhir, terkadang sangat berat bahkan menimbulkan kematian.

3) Herpes zoster congenital selama infancy ( Smego & Asperilla).

Pada awal kehamilan (hingga umur kehamilan 20 minggu) infeksi varicella primer pada maternal bisa menyebabkan fetal congenital varicella syndrome yang juga disebut varicella embryopathy, mengalami gangguan perkembangan pada:

· Kulit ( parut kulit/lesi)

· System saraf (microcephal, cortical atrophy, paralysis, seizure, gangguan perkembangan psikomotor)

· Sistem musculoskeletal (hipoplasia tungkai, atrophy otot, cacat pada digits).

· System ophthalmologic (katarak, mikrophthalmia, korioretinitis, syndrome horner).

· System gastrointestinal (atresia, stenosis)

· System urogenital (hidrinefrosis)

(Alkalay, Pomeance, & Rimoin, 1987; Chapman & Duff, 1993).

Diagnosa varicella syndrome tersebut didasarkan atas temuan IgM dalam darah tali pusat dan gambaran klinik pada neonatus.

Bila terjadi dalam 5 hari sebelum melahirkan hingga 2 hari pasca persalinan akan terjadi infeksi pada neonatal sebesar 25% dan rata-rata mortalitas 20-30%. Pada kasus tersebut lesi pada neonatal muncul 5-10 hari setelah dilahirkan (Champ & Duff, 1883; freij & Sever, 1995; Gershon, 1988).

Bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu 5 – 21 hari sebelum persalinan dan lesi pada neonatal terjadi pada hari ke 4 kehidupannya. Karena efek antibody ibu, prognosisnya baik dan hamper tidak ada resiko mortalitas ( Freij & Sever, 1995).


F. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada seseorang yang terinfeksi virus varicella akan mengakibatkan komplikasi:

1. Infeksi sekunder dengan bakteri umumnya streptococcus dan stafilocccus

2. Pneumonia

3. Hepatitis

4. Glomerulonefritis

5. Varisela hemorrhagic

6. Semua orang yang mengalami varisela memiliki resiko mengalami komplikasi dalam hidupnya berupa herpes zoster (shingles). Setelah infeksi varisela, beberapa virus varisela-zoster akan in aktif dan menetap pada ganglion dorsalis saraf sensoris. Beberap tahun kemudian dapat terjadi reaktifasi ke permukaan sebagai herpes zoster. Ketika terjadi reaktivasi virus ini akan mempengaruhi sel saraf dan kulit, sehingga timbul rasa gatal dan nyeri serta ruam berupa papula dan vesikel yang mengikuti dermatom saraf yang terkena .

7. Komplikasi pada SSP ; ensefalitis

Prognosa

§ Prognosa baik pada penderita yang non immunocompromized, dan memperhatikan personal hygien serta perawatan yang teliti.

§ Pada penderita dengan gangguan sistem kekebalan tubuh memiliki resiko penyakit yang berat dan kematian.

§ Pada cacar air neonatus yang jarak infeksi pada ibunya dengan persalinan kurang dari 1 minggu , akan menimbulkan gejala yang sangat berat pada neonatusdan bisa menimbulkan kematian. Hampir 30 % varisella pada neonatus menimbulkan kematian.


G. Penatalaksanaan

v Deteksi dini

Diagnose pada apakah seseorang dikatakn terinfeksi atau tidak ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesa , adanya gejala klinik berupa demam, malaise (prodromal ) yang disertai ruam yang khas pada kulit, dan riwayat perjalanan penyakit

2. Pemeriksaaan fisik ditemukannya ruam yang khas tersebut pada kulit, dan lokalisasi yang khas diawali di bagian sentral tubuh (ruam papulovesikuler, polimorfik, penyebaran sentrifugal, lesi bergelombang )

3. Diagnosa dapat ditunjang dengan pemeriksaan berupa :

a. Laboratorium : lekopeni pada 72 jam pertama dan selanjutnya lekositosis menunjukkan terjadi viremia sekunder. Lekositosis yang sangat berlebihan dapat merupakan pertanda adanya infeksi sekunder. Umumnya pada infeksi varisela ditemukan limfositosis relatif dan absolut.

b. Kultur virus dari dasar vesikel,

c. Pemeriksaan dengan mikroskop electron

d. Tes serologic dan material biopsy

v Penanganan awal

Ø Topikal : Bedak dan antibiotika

Ø Sistemik : Sedativa, antipiretik Asetaminophen, antibiotika untuk infeksi sekunder, acyclovir

Ø Anti histamin topikal dalam bentuk bedak salicyl 0,5-1 % atau calamin cair.

Ø kompres dingin atau boleh mandi.

Ø Edukasi penderita;

§ Mengganti baju penderita setiap hari

§ Menaburkan bedak antigatal pada bagian tubuh yang terkena cacar air untuk mengurangi rasa gatal dan agar ruam menjadi lebih cepat kering.

§ Memisahkan penderita dengan orang yang sehat agar cacar air tidak menular pada yang lain.

§ Mandi, mandinya dengan air bersih (tidak terkontaminasi oleh bakteri) karena mandi akan membuat bagian-bagian vesicle yang sudah mati akan lepas. Jika air yang digunakan untuk mandi tidak
bersih, bisa menimbulkan infeksi sekunder.
yang menyebabkan kemungkinan terjadinya
scar atau bekas lebih banyak.”

§ Memotong kuku agar tidak menggaruk ruam-ruam pada kulit, sehingga tidak timbul infeksi baru.

§ Memberikan kondisi nyaman pada penderita agar dapat beristirahat dengan nyaman dan mempercepat proses kesembuhan

v Penanganan lanjut

Ada juga pengobatan varisela dibagi menjadi dua yaitu pada penderita normal dan penderita dengan imunokompromise atau penurunan sistem imun :

1. Normal

pada

Obat

Dosis

Lamanya (hari)

neonatus

Acyclovir

500mg/m2

3 kali

10

Anak-anak

Acyclovir

20mg/kg BB

4 kali

5

dewasa

Acyclovir

800mg atau kortikosteroid

5 kali

7

Wanita hamil/pneumonia

Acyclovir

800mg atau

acyclovir IV 10mg/kgbb

5 kali

3kali

7

7

2. Imunokompromise

penyakit

Obat

Dosis

Lamanya (hari)

ringan

Acyclovir

5×800mg

5 kali

7-10

sedang

Acyclovir

IV 10mg/kgbb

... kali

7 atau lebih

Resisten/AIDS

Foscarnet IV 40mg/kgbb

... kali

Sampai penyakit teratasi

Pencegahan

1. Vaksinasi

Vaksin varisela berisi virus varisela strain hidup yang dilemahkan. Vaksin ini aman dan bersifat immunogenik. Vaksin ini efektif bila diberikan pada saat atau setelah usia 1 tahun.Pemberian vaksin secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Pada anak

2. Varicella zoster imunoglobulin(VZIG )

Diberikan pada individu yang beresiko tinggi , segera setelah terpapar . Serum ini dapat memberi efek,perlindungan sekitar tiga minggu. Pemberian varicella-zooster immuno globulin (VZIG) diberikan kurang dari 96 jam setelah terpapar, yaitu pada :

Anak dengan gangguan sistem pertahanan tubuh

Bayi baru lahir dengan ibu tertular varicella dalam 5 hari sebelum melahirkan atau 48 jam setelah melahirkan.

Bayi prematur usia 28 minggu atau lebih muda dengan orangtua tanpa riwayat cacar air sebelumnya.

3. Pencegahan lainnya:

Ø Menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan.
Pakaian dan lingkungan kotor merupakan sumber dari penyakit. Badan yang kotor akan mudah terinfeksi oleh kuman penyakit.

Ø Mengkonsumsi makanan bergizi makanan bergizi membuat tubuh sehat dan berstamina kuat sehingga dapat menangkal serangan infeksi kuman penyakit

Ø Menghindari sumber penularan penyakit cacar air.

referensi:

koranindonesiasehat.wordpress.com

ambulatory